Friday, February 10, 2017

Srikandi Penantang Maut, Penakluk 5 Puncak Tertinggi Dunia

Srikandi Penantang Maut, Penakluk 5 Puncak Tertinggi Dunia

"Nyawa kita ada di tangan pendaki lain."
Srikandi Penantang Maut, Penakluk 5 Puncak Tertinggi  Dunia
Ads by Kiosked
Fransiska Dimitri Inkiriwang dan Mathilda Dwi Lestari Pendaki 7 Summits (Dok. Tim WISSEMU 2017)
Kapal Judi "Jalan menuju puncaknya agak serem, oksigennya tipis banget dan anginnya sangat kencang. Pengamannya itu dari orang ke orang doang bukan tali yang sudah fixed ke atas gitu. Nyawa kita itu ada di pendaki lain, kalau oleng sedikit udah 90-an persen pasti hilang dan enggak mungkin ketolong. Pas bagian itu kayak 'mati enggak ya? Enggak, enggak. Fokus, fokus, enggak akan mati," tutur Fransiska Dimitri mengenang kembali pendakiannya di Gunung Vinson Massif, Kutub Selatan.
Tanggal 4 Januari pukul 23.46 waktu Chile atau 5 Januari 2017 pukul 09.48 WIB jadi hari yang tak terlupakan bagi Fransiska Dimitri Inkiriwang (Deedee) dan Mathilda Dwi Lestari (Hilda). Hari itu, di puncak tertinggi Benua Antartika, dua putri Indonesia berhasil membentangkan Sang Saka Merah Putih.
Deedee dan Hilda patut berbangga, karena kini, mereka resmi mencatatkan diri sebagai dua orang perempuan Indonesia pertama yang menapakkan kakinya di Puncak Gunung Vinson Massif, Antartika. Keduanya adalah anggota tim The Women of Indonesia's Seven Summits Expedition Mahitala-Universitas Katolik Parahyangan (WISSEMU).-Taruhan Bola

Gunung Vinson Massif (4.892 mdpl) yang mewakili Lempeng Antartika merupakan satu dari tujuh puncak gunung yang ada dalam ekspedisi tersebut. Sebelumnya, Tim WISSEMU sudah berhasil menaklukan Gunung Carstensz Pyramid (4.4884 mdpl) di Papua yang mewakili Lempeng Australasia, Gunung Elbrus (5.642 mdpl) di Rusia yang mewakili Lempeng Eropa, Gunung Kilimanjaro (5.895 mdpl) di Tanzania yang mewakili Lempeng Afrika, dan Gunung Aconcagua (6.962 mdpl) di Argentina yang mewakili lempeng Amerika Selatan.

Tim WISSEMU akan kembali berjuang menaklukkan dua puncak tertinggi lainnya, yakni Gunung Denali (6.190 mdpl) di Alaska yang mewakili Lempeng Amerika Utara dan Gunung Everest (8.848 mdpl) di Nepal yang mewakili Lempeng Asia.
Perjalanan panjang ke Gunung Vinson Massif dilakukan dari Chile, negara terdekat Antartika. Setelah transfer dari satu kota ke kota lainnya untuk melakukan persiapan, Tim WISSEMU akhirnya mengawali pendakian mereka dari Union Glacier, pada tanggal 29 Desember 2016.-Casino Online

Perjalanan Deedee dan Hilda bukan perjalanan yang mudah. Dari satu camp ke camp lainnya adalah perjuangan yang luar biasa. Mereka bercerita, untuk memudahkan pendakian, tim harus terlebih dahulu memindahkan sebagian besar peralatan ekspedisi dengan beban sekitar 20 kg dari Low Camp menuju High Camp. Mereka menggunakan fixed ropes yang terbentang kurang lebih 1.200 meter dengan medan yang kemiringannya 45 derajat. Belum lagi, suhu udara ekstrem yang mencapai minus 30 derajat Celcius membuat mereka harus berjuang lebih keras lagi. Dari High Camp tersebut, Summit Day atau hari pendakian puncak pun akhirnya dilanjutkan.

Menuju puncak, dua mahasiswa Unpar ini menempuh jarak 14 kilometer dan menghabiskan waktu 12 jam perjalanan. Lagi-lagi, medan yang dilalui membuat maut seolah dekat dengan mereka. One slip and you are gone, begitu mereka mendifinisikannya. Bagaimana tidak, ridge atau punggung bukit yang harus mereka lewati menyerupai gergaji, naik turun dan membentang hingga menuju puncak Gunung Vinson. Rutenya sangat berbahaya, karena di kedua sisinya, jurang yang begitu dalam menganga. Ditambah suhu yang saat itu minus 33 derajat Celcius, prestasi Deedee dan Hilda benar-benar tak bisa dianggap sebelah mata.-Togel Online

"Puji Tuhan kami berhasil mencapai summit 4 Januari 2017, pukul 23.48 waktu setempat dan selamat turun dari Vinson dan kembali ke Indonesia," ujar Deedee, saat menceritakan pengalaman tak terlupakannya di Aula Gedung BRI Pusat, Jakarta beberapa waktu lalu.
Keberhasilan Deedee dan Hilda jadi kabar bahagia untuk Indonesia. Siapa kedua putri bangsa yang membanggakan ini? Bagaimana cerita seru lainnya selama menjalani ekspedisi 7 puncak gunung tertinggi di dunia tersebut? Mari lebih dekat dengan dua srikandi muda nan tangguh Indonesia tersebut.-Online Terpercaya
Fransiska Dimitri Inkiriwang dan Mathilda Dwi Lestari Pendaki 7 Summits
Bagaimana rasanya berhasil menggapai puncak kelima dari ekspedisi tujuh puncak gunung dunia?
Hilda (H): Terharu, bersyukur, senang enggak nyangka kita ada di Antartika.
Deedee (D): Bangga, lega terharu, bersyukur, enggak nyangka juga sampai di puncak, surreal dan pas turun, 'Tadi benaran ya kita sudah sampai puncak?' Enggak nyangka dan bangga saja. Spesial banget tempatnya, enggak banyak orang bisa masuk ke Antartika dan bisa ngalamin hal yang kita lewati.
Bisa diceritakan momen paling mengerikan atau menegangkan selama pendakian Vinson kemarin? Bagaimana cara kalian menanganinya?-Poker Domino99
D: Khusus untuk pendakian ini, jalan menuju puncaknya agak serem, oksigennya tipis banget dan anginnya sangat kencang. Pengamannya itu dari orang ke orang doang bukan tali yang sudah fixed ke atas gitu. Nyawa kita itu ada di pendaki lain, kalau oleng sedikit udah 90-an persen pasti hilang dan enggak mungkin ketolong. Pas bagian itu kayak 'mati enggak ya? enggak, enggak. Fokus, fokus, enggak akan mati.'
Di saat seperti itu, kami berdua saling menguatkan satu sama lain. Misal Mathilda liaht saya sudah enggak fokus, Mathilda kayak, 'Dee fokus, bisa, bisa,' begitu juga sebaliknya.
H: Karena di ketinggian kita butuh cairan banyak, jadi harus selalu minum minimal 8 sampai 10 liter per hari. Jadi salah satu cara kita take care of each other, ingatin minum.
Kita ingat target kita apa dan sempat mau nyerah, 'Aduh susah banget ini, kok enggak nyampe-nyampe padahal puncaknya terlihat di situ,' cuma kita ingat lagi motivasi kita sebelumya apa dan kenapa kita mau ke sini. Target kita adalah puncak, mengharumkan nama Indonesia dan ingat keluarga di rumah.-Kapal Judi

0 comments:

Post a Comment